iluhnuna

Pengalaman Tak Terlupa Mengunjungi Aceh

2 komentar

travelling ke Aceh

Sebenarnya ini cerita perjalanan lama. Bukan perjalanan yang baru-baru ini aku lakukan. Perjalanan ini sekitar tahun 2015. Bukan agenda jalan-jalan tapi terkait kerjaan.

Saat itu kami berdua (aku dan rekan kerja) mendapat tugas mengunjungi Aceh. Tepatnya di Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh. 

Dari awal penugasan aku udah protes kan. Kenapa harus Aceh. Seperti yang kita ketahui kalau Aceh itu provinsi di Indonesia yang menjunjung tinggi peraturan syariat islam. Tentu saja ada hal-hal yang menjadi perhatian lebih ketika kita berkunjung kesana.

Terlebih aku yang bukan muslim (saat itu belum) tentu harus menyiapkan sesuatu yang penting yaitu pakaian. 

Masih gadis dan selera pakaian juga masih yang press body. Baju lengan panjang pun hanya punya satu atau dua. Jangan tanya penutup kepala sudah tentu ngga punya.

Dari persiapan apa yang akan aku bawa aja udah cukup bikin kelimpungan kan. Meski teman-teman juga berkata tidak apa-apa yang penting sopan. Tapi kayak masih ada yang mengganjal gitu kan.

Disclaimer: Tidak berniat menjelek-jelekan atau menyepelekan suatu aturan. Sharing ini murni berdasarkan pengalaman pribadi.

Aturan Dasar Berkunjung Ke Aceh

Ada beberapa aturan dasar yang harus diperhatikan jika ingin berkunjung ke kota Banda Aceh. Diantaranya:

1. Berpakaian Sopan

Ini wajib hukumnya. Berpakaian yang sopan disini adalah menggunakan celana atau rok panjang dan baju lengan panjang yang tidak ketat. Kenakan juga hijab. Buat laki-laki wajib menggunakan celana panjang saat berpergian.

Aku pribadi kurang tahu sih apakah hijab ini wajib dipakai. Dalam artian apakah yang non muslim pun wajib memakai. Sepengelihatanku sih ada kok beberapa wanita yang tidak memakai kerudung. Tapi dari pengalamanku mending pakai deh. Karena aku punya cerita tentang hijab ini.  

2. Berboncengan

Berboncengan dengan lawan jenis jelas dilarang ya. Kalaupun kalian adalah pasangan suami istri maka bekali diri dengan buku nikah. Karena aku bersama rekan kerja wanita, jadi aman aja sih kemana-mana naik motor berdua.


Kisah Yang Tak Terlupakan    

Aku ngga tau ini harusnya malu atau gimana. Jadi ini masih berkaitan dengan hijab. Karena ngga tau apa-apa tentang kerudung dan ngga mencari tahu juga sebenarnya. 

Ini berkaitan dengan ego diri ya. Kenapa harus mencari tahu kan aku bukan muslim.

Engga kepikiran juga buat minjem temen kain yang bisa dipakai kerudung atau malah minjem kerudung instan gitu kan. 

Pokoknya balik lagi ke ego diri yang masih ngga mau kalah dan usia itu memang menentukan kematangan berfikir. Cuma jadinya ada cerita kenangan kan.

Kejadiannya itu hari jumat, yang mana kalau di Aceh itu hari jumat adalah hari pendek. Karena laki-laki pada hari Jumat itu wajib sholat jumat. Jadi semua aktifitas menjelang waktu ibadah sholat jumat berhenti total.

Termasuk warung-warung yang buka wajib ditutup sementara. Nanti kalau sudah selesai sholat jumat ya boleh buka lagi. 

Kami yang sedang tugas lapangan juga beristirahat. Mampirlah kami ke warung yang ditutup itu. Setelah meminta ijin dengan pemilik warung kami diperbolehkan duduk di teras depan bersama pemilik warung tersebut. 

Tak lama kemudian datanglah pasukan berpatroli menggunakan mobil Satpol PP. Aku sebagai orang awam menyebutnya Satpol PP wanita. Sambil mencari tahu ternyata mereka bernama Wilayatul Hisbah yaitu panggilan untuk polisi Syariah Islam (koreksi jika salah).

Jadi aku ditegur pake toa dari atas mobil yang berpatroli untuk membenarkan hijab yang kupakai. FYI model hijab yang aku pakai itu modelan ibu pejabat atau modelan artis-artis gitukan. Entah ada trik khususnya atau gimana yang pasti hijabku ini ngga bisa diem ditempat. Melorot mulu dah. Kurang lebih gambarannya seperti ini. 

kerudun ibu pejabat
sumber: grid.id

Bagian leher yang aku pakai tetap tertutup sih. Tidak terbuka seperti ibu Arumi ini. Ya begitulah akhirnya disemprot sama petugas pake toa. 

Kuliner Aceh

wisata aceh

Aku memang tidak mengeksplor tempat-tempat wisata seperti museum Tsunami Aceh yang menjadi destinasi wajib bagi wisatawan. 

Kami hanya mengunjungi kapal diatas atap rumah yang menjadi saksi bisu peristiwa Tsunami yang pernah melanda. Kapal nelayan itu tetap dipertahankan bertengger di atap rumah warga yang telah hancur oleh pemkot Banda Aceh. 

Kalau berkunjung ke suatu daerah wajib mencoba makanan lokalnya. Meski tidak tahu wisatanya tapi pernah mencoba kuliner khasnya.

Balik lagi kuliner Aceh ini enak-enak. Kalau kataku masakan aceh itu ngga pelit bumbu. rempah-rempahnya berasa banget. Lebih mirip cita rasa masakan India kalau menurutku.  

Kalian wajib coba Mie Razali. Ini adalah mie Aceh ya. Tapi ngga bertuliskan mie Aceh.  Beneran rasanya enak benget. Selain makanan wajib coba juga kopi gayo dan teh tariknya. Makanannya juara. 




Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Wilayatul_Hisbah

https://satpolppwh.acehprov.go.id/halaman/polisi-wilayatul-hisbah-dan-tantangan-penegakan-syariat-islam

https://www.dream.co.id/travel/perhatikan-5-hal-ini-sebelum-berwisata-ke-aceh-1911262.html


De Eka
프라나와 엄마. KDrama Lovers. Jung Yong Hwa fans. Bucinnya Suga & Jekey!

Related Posts

2 komentar

  1. wah seru sekali ya mbak, betul-betul pengalaman tak terlupakan, btw nggak pengen ke Aceh lagi mbak? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang kalo ada kesempatan kayaknya mau deh. Hahaha

      Hapus

Posting Komentar