Bali kaya akan pesona alam dan budaya yang memikat. Selain pesona pantai, Bali juga memiliki deretan gunung yang menyajikan pemandangan indah dari ketinggian.
Mendaki merupakan salah satu hobi yang banyak digemari berbagai kalangan. Baik bagi yang memang senang mendaki maupun ajang FOMO demi sebuah like di media sosial.
Kegiatan mendaki gunung membutuhkan keahlian dan persiapan yang matang. Jangan sampai seperti kasus yang viral seperti turis yang jatuh di gunung Rinjani, Lombok.
Dalam artikel ini aku akan membahas persiapan yang dibutuhkan saat mendaki gunung serta karakteristik jalur pendakian 10 gunung tertinggi di Bali berdasarkan pengalaman pribadi.
Persiapan Peralatan
Sebelum memutuskan untuk mendaki tentu kita harus memiliki pengetahuan dan perlengkapan yang mendukung agar kita tetap selamat. Mendaki dalam keadaan bernafas maka turun juga harus dalam keadaan bernafas.
Berikut barang yang harus dipersiapkan jika ingin mendaki gunung. Terlebih bagi pemula yang minim anggaran agar mendapat gambaran harus membeli barang apa saja.
1. Sepatu
Hal pertama yang harus dibeli adalah sepatu, kenapa sepatu?
Karena dalam pendakian kestabilan langkah akan menentukan kecepatan dan keselamatan dalam kegiatan pendakian. Jalur gunung biasanya licin, entah itu licin lumpur atau licin berpasir.
Untuk pemula dengan budget minim silahkan membeli sepatu dengan budget 150 ribuan, atau jika punya budget lebih boleh beli merek Air Protect dengan range harga 250rb-350rb.
Tidak perlu mengutamakan gengsi. Karena berdasarkan pengalaman, memakai sepatu dengan harga 150 ribuan dengan harga 350 ribuan, pada akhirnya tetap merosot di jalur berlumpur dan jalur pasir berkerikil.
2. Tas Carrier
Tas carrier sebenarnya bukan hal yang wajib namun untuk kenyamanan dan kapasitas peyimpanan bisa dipertimbangkan untuk membeli. Tas carrier tersedia dalam banyak ukuran, sesuaikan dengan kebutuhan.
3. Trekking Pole
Treking pole bebas ingin membeli yang murah atau mahal, yang membedakan hanya kualitas dari penguncian dan beberapa trekking pole memiliki shock absorber untuk meredam hentakan.
4. Jaket Parasut Anti Air
Jaket parasut anti air merupakan hal yang opsional, boleh beli ataupun tidak. Namun mengingat cuaca di gunung pasti dingin sekali. Maka pendaki wajib membawa dan memakai jaket sih.
5. Nesting
Barang ini lagi-lagi opsional. Tergantung kebutuhan, karena tidak semua pendaki suka memasak di puncak. Beberapa pendaki lebih memilih membawa makanan instan siap makan seperti sosis, roti atau energy bar.
Persiapan Logistik
Logistik yang dibawa disesuaikan dengan kondisi tubuh dan durasi pendakian. Mengingat setiap gunung memiliki ketinggian masing-masing dan waktu pendakian yang berbeda pula.
Berdasarkan pengalaman, ini yang bisa aku sarankan:
Durasi 3 jam silahkan membawa 1-2 botol besar air minum dan 1 bungkus roti besar rasa sesuai selera dan beberapa snack.
Durasi 4-6 jam silahkan bawa 2-3 botol besar air minum, roti besar dan snack. Membawa telur rebus juga bagus untuk pemulihan otot dan mengatasi kelelahan.
Durasi 6 sampai lebih dari 8 jam silahkan bawa air lebih dari 4 botol besar, roti 3 bungkus, telur rebus dan snack sebanyak-banyaknya.
Hal yang perlu diingat adalah tetap sesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing. Karena kelebihan membawa jauh lebih baik dari pada kekurangan.
Review Jalur Pendakian 10 Gunung Tertinggi di Bali
Berdasarkan pengalaman mendaki 10 gunung tertinggi di Bali, aku akan menjelaskan karakteristik jalur, kesulitan serta saran yang mungkin bisa membantu.
10. Gunung Batur (1.717 mdpl)
Gunung batur terletak di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli. Pemandangan indah yang bisa dinikmati adalah memburu sunrise serta menikmati pemandangan danau Batur.
Karakteristik jalur berupa batu tajam dan tanah berpasir. Durasi pendakian paling lama 3 jam dan paling cepat 1,5 jam tergantung stamina.
Gunung Batur sangat cocok untuk pemula jika dilihat dari aspek ketinggian dan durasi pendakian yang singkat.
Untuk bisa menikmati sunrise disarankan naik jam 3 pagi jika ingin santai, dan gunakan sepatu kuat karena jalur berbatu tajam sering membuat sepatu jebol.
9. Gunung Adeng (1.826 mdpl)
Gunung Adeng terletak di kecamatan Baturiti kabupaten Tabanan.
Karakteristik jalur pendakian berupa tanah padat walaupun di beberapa bagian tanah lumpur licin. Jalur ini cocok untuk pemula namun sangat tidak disarankan naik sendirian karena jalur ini memiliki banyak percabangan dan sering kejadian pendaki tersesat.
Disarankan mengajak teman yang sudah paham jalur dan memiliki pengetahuan navigasi yang bagus. Di jalur ini banyak hewan pacet jadi disarankan juga membawa garam untuk melepas pacet yang nempel.
8. Gunung Lesung (1.865 mdpl)
Gunung Lesung merupakan gunung purba tidak aktif yang terletak di kabupaten Buleleng dekat danau Tamblingan.
Karakteristik jalur sangat mudah dilalui namun jika musim hujan akan menjadi jalur licin berlumpur. Kalian akan mendapat view hutan basah tropis dengan pohon yang berlumut.
Mendaki gunung ini disarankan menggunakan celana panjang karena gunung ini terkenal sebagai ladang tanaman lateng gatal atau jelatang yang jika terkena kulit dapat menyebabkan rasa gatal, perih dan panas.
7. Gunung Tapak (1.909 mdpl)
Gunung Tapak terletak di kabupaten Tabanan. Terletak di kawasan Bedugul. Gunung ini menawarkan keindahan alam sekaligus pengalaman spiritual.
Karakteristik jalur sangat mudah, jalur dominan datar dan sedikit nanjak ketika sudah dekat dengan puncak.
Reaksi pertama ketika aku mendaki kesini “ini bener jalannya? Kok datar terus?” Saking gampangnya jalur ini sampai ragu kalau ini jalur yang benar.
Bagi umat muslim, di puncak ada makam salah satu wali penyebar agama Islam di Bali. Jadi bisa sekalian ziarah.
6. Gunung Pohen (2.063 mdpl)
Gunung Pohen terletak di kabupaten Tabanan. Kawasan gunung ini bagian dari cagar alam Batukaru.
Karakteristik jalur gunung ini merupakan tanah berlumpur dan dominan licin apalagi jika mendaki di musim penghujan.
Kemiringan jalur lumayan ekstrim, menanjak terus. Menurut aku pribadi, gunung Pohen bisa dibilang sebagai gunung Batukaru mini karena kemiripan jalurnya.
Sangat tidak direkomendasikan kesini saat musim hujan karena jalurnya sangat licin meskipun memakai sepatu mahal, pastikan mental aman dan stamina prima saat mencoba mendaki gunung ini.
5. Gunung Sanghyang (2.074 mdpl)
Gunung Sanghyang terletak di Senganan, kecamatan Penebel, kabupaten Tabanan. Gunung Sanghyang adalah gunung yang lokasinya perbatasan antara kabupaten Tabanan dan kabupaten Buleleng.
Karakteristik jalur berupa tanah padat yang dipenuhi akar pepohonan, tidak terlalu licin meskipun sedang musim hujan, jalur relatif aman bagi pendaki pemula.
Di gunung ini terdapat banyak hewan pacet yang suka menempel di kaki. Untuk melepaskannya bisa menggunakan garam. Jadi silahkan membawa garam ketika mendaki gunung Sanghyang.
4. Gunung Catur (2.069 mdpl)
Gunung Catur atau dikenal juga puncak Mangu merupakan gunung yang terletak di desa Plaga, kecamatan Petang, kabupaten Badung.
Karakteristik jalur berupa tanah padat dan dominan memiliki anak tangga beton jika mendaki melalui jalur desa Plaga. Jalur ini lebih mudah dan lebih disarankan jika dibandingkan dengan jalur danau Beratan atau Bedugul.
Bagiku gunung ini merupakan gunung yang sangat cocok untuk pemula yang minim peralatan dan baru pertama kali mencoba pendakian
Trek lurus cukup mengikuti jalur yang sudah tersedia. Namun stamina wajib sangat fit karena ketinggian gunung ini berada di peringkat 4.
Dari puncak kita bisa melihat danau Beratan dan danau Buyan yang berselimut kabut
3. Gunung Abang (2.151 mdpl)
Gunung Abang terletak di kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Gunung Abang menjadi gunung favorite karena treknya gampang dengan view yang cantik.
Karakteristik jalur didominasi tanah berpasir dan batu berlumut jadi cukup licin ketika musim kemarau dan batu menjadi sangat licin ketika musim hujan.
Gunung ini sering merubah aturan pendakian dikarenakan berbagai faktor seperti agama dan sosial adat lokal.
Contohnya pada tahun 2019 pendaki masih boleh camp dan mendirikan tenda namun sekarang tidak diperbolehkan mendirikan tenda karena menjaga kesucian gunung.
Hal ini tentu saja bisa dimaklumi karena pos perhentian ditandai dengan sanggah dan pura kecil.
Ketika aku melakukan pendakian lagi di bulan Juli 2025 ada aturan baru dimana parkir pendaki dirubah lokasinya ke warung penjaga jalur pendakian dan dilarang parkir di start poin langsung dikarenakan faktor lingkungan masyarakat.
Jadi alangkah baiknya bertanya kepada penduduk lokal terlebih dahulu ketika akan melakukan pendakian.
2. Gunung Batukaru (2.276 mdpl)
Gunung Batukaru merupakan gunung yang terletak di kecamatan Penebel, kabupaten Tabanan.
Gunung Batukaru dikenal dengan julukan jalur tersulit dan terberat. Julukan itu memang tidak salah karena trek gunung ini merupakan tanah lumpur dan full nanjak terus dari start point.
Jika ingin aman, disarankan ke gunung ini bersama teman yang sudah pernah mendaki sebelumnya karena banyak kasus pendaki tersesat di gunung ini.
Untuk durasi pendakian paling cepat 5 jam. Tapi aku menyelesaikannya dalam waktu 8 jam.
1. Gunung Agung (3.142 mdpl)
Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Bali. Letaknya di kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem.
Gunung ini memiliki jalur tipe tanah berpasir dan batu kerikil, jadi bisa dibayangkan bagaimana licin jalurnya. Mengingat gunung ini merupakan gunung berapi yang berstatus aktif.
Jika ke sini disarankan untuk camp, namun jika tidak ada waktu buat camp maka harus siap stamina untuk menjadi pendaki tektok.
Aku mulai naik hari sabtu jam 10 malam dan sampai puncak hari minggu jam 10 pagi itupun jalan terus tanpa tidur dan memang aku jalannya lambat namun pasti sampai.
Kalau kesini pastikan banyak membawa cukup air minum dan perbekalan karena durasi pendakian panjang dan dari pos 2 sampai puncak merupakan view terbuka jadi cukup panas, apalagi ketika matahari sedang terik.
Kesimpulan
Liburan ke Bali tidak hanya bisa menikmati pantai saja. Banyak tempat wisata favorit yang tersembunyi alias hidden gem. Buat teman-teman yang hobi mendaki, tidak ada salahnya kita mencoba menikmati alam Bali dari ketinggian.
Hal pertama yang harus diperhatikan jika ingin memulai kegiatan pendakian yaitu pastikan kalian mengenali kondisi tubuh dan kapasitas stamina, karena kondisi setiap orang pasti berbeda.
Tidak perlu terburu-buru ketika mendaki karena puncak tidak akan pergi. Kitalah yang menentukan kecepatan pendakian.
Jika ingin jalan santai tapi ingin menikmati sunrise silahkan naik dini hari. Jika hanya sekedar olah raga tidak masalah naik gunung siang.
Seperti aku yang naik ke gunung Batur jam 4 pagi sampai puncak jam 7 dan aku tidak merasa capek karena memang dibawa jalan santai.
Catatan:
Konten kolaborasi bersama Ampas Outdoor

Posting Komentar
Posting Komentar