iluhnuna

Memaafkan Itu Mudah Tapi Lukanya Tak Terlupa

Posting Komentar
mudah memaafkan

Manusia itu berdampingan dengan ketidaksempurnaan. Dari ketidaksempurnaan itu lahirlah yang dinamakan kesalahan. Dari kesalahan itulah kita belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa dan berkembang.

Setiap orang pasti pernah salah berucap atau salah bertindak yang akhirnya menyakiti orang lain. Entah itu ucapan yang dia sadari atau tidak. Tapi yang jelas orang itu telah membuat luka di hati kita. 

Kita memang selalu diajarkan untuk bisa memaafkan kesalahan seseorang. Meski kita tahu memaafkan itu tidak semudah mengatakannya. Perasaan tulus memberi maaf itu yang susah. 

Bagiku tulus memaafkan itu adalah mengubur kesalahan seseorang dan tidak pernah mengungkitnya lagi. 

Tapi jika yang katanya memaafkan tapi masih suka mengungkit kesalahan bahkan kesalahan orang itu masih suka diumbar itu bukan memaafkan yang sebenarnya. Ini pengertiaan tulus memaafkan versiku. 

Tidak semua orang bisa memberi maaf dengan mudah. Itulah sebabnya kita diberikan akal, pikiran yang letaknya di kepala paling atas baru kemudian mulut dibawahnya diikuti oleh alat gerak lainnya.

Hal itu agar kita sebagai manusia bisa berfikir dahulu sebelum berucap atau bertindak. Aku pernah membaca kalimat ini tapi dimana ya. Aku lupa. 

Karena saat kita sudah menyakiti seseorang luka yang pernah kita buat tidak akan sembuh dengan mudahnya. Meskipun kita telah meminta maaf kepada orang tersebut.

Memaafkan & Melupakan Adalah 2 Hal Yang Berbeda  

Seperti kataku diatas kita terlalu sering diajarkan untuk memaafkan kesalahan orang. Bahkan mengucapkan kata maaf dan memaafkan itu bisa dikatakan suatu kewajiban. Tidak salah memang. Itu adalah ajaran yang bagus.

Memaafkan dan melupakan kesalahan itu adalah dua hal yang berbeda. Kita bisa saja langsung memaafkan orang, tapi apa yang sudah dia katakan atau lakukan itu tidak bisa secepat itu untuk dilupakan.

Melupakan berarti kita benar-benar menghilangkan kenangan tentang pengalaman buruk yang terjadi. Dan itu tidaklah mudah. Kenangan buruk ataupun ucapan menyakitkan yang pernah kita dengar dan rasakan sering kali sangat sulit dihapus. 

Ibarat kata kita telah menancapkan sebuah paku. Dengan kata maaf kita berhasil mencabut paku tersebut tapi bagaimana dengan bekas lubang yang ditinggalkannya? 

Hubungan yang dulu terjalin baik tidak akan bisa berjalan seperti dulu lagi. Belum lagi kalau ternyata orang yang salah itu bermentalitas korban. Semakin sakit hati kita dibuatnya. Banyak bukan kejadian seperti ini. 

Menyakiti orang lain tapi seolah-olah dia tidak salah. Justru orang yang sudah dibuat sakit hati yang dipojokkan dan disalahkan.

Semakin kesini aku cukup sering melihat kepalsuan orang. Apa yang salah dengan diriku? Aku yang salah atau memang lingkungan diluar diriku yang terlalu liar.

Seperti hal yang masih hangat rasanya diingatan. Belum lama terjadi. Jujur saja aku kesal. Di depan we are family tapi dibelakang saling hujat. Sungguh aku benci sekali orang seperti ini.

Padahal si X ini sering membantu dan baik. Dia juga sangat baik padaku. Aku belum pernah merasa tersakiti meski sesekali pernah tidak sependapat tapi aku masih bisa memaklumi apa yang dia katakan atau lakukan.

Sementara si Z ini bisa dikatakan cukup sering dibantu. Bahkan kalau lagi susah si X ini pasti ingat si Z. Meski cukup sering dibantu tapi bukan berarti kita langsung membenci hanya karena ketika butuh si X ini tidak bisa membantu. 

Hingga mulailah segala keburukan si X diungkit, diingat dan dihebohkan. Setiap perkataan si X selalu salah di mata Z. Dibelakang tertawa mengejek. Dikomentari negatif. 

Ketika aku melihat sendiri perilaku si Z ini betapa aku harus istighfar berkali-kali. Aku bukan orang yang agamis tapi melihat perilakunya sungguh aku tak bisa berkata-kata. Kehabisan kata untuk menggambarkannya.

Memang si Z tidak ada masalah denganku. Aku orang yang netral yang berhubungan baik dengan si Z ataupun si X.  

Tapi sungguh menyaksikan kepalsuan si Z didepan si X rasanya sungguh bergidik. Ketika bersama bisa mengobrol, bahkan tertawa bersama tapi ketika berpisah mulut si X ini masyaallah komentarnya....

Padahal selama aku bersama dengan si X aku belum pernah mendengar dia menjelek-jelekan si Z. 

Ini mungkin tidak berkaitan dengan memaafkan tapi ini berkaitan dengan melupakan. Awal aku kenal si Z aku suka bergaul dengannya. Nyaman bahkan ketika main ke rumahnya dia sangat baik dan ramah. Tapi ketika aku melihat perilakunya yang seperti itu pandanganku terhadapnya tidak lagi sama.

Ada perilaku yang tidak bisa aku lupakan. Tentu saja ada jarak yang harus aku ambil. Ngeri banget kalau harus nyaman dengan orang yang seperti itu. Aku tau dia baik terhadapku terlepas dari perilakunya terhadap si X. Tapi tetap saja apa yang dia lakukan itu tidaklah pantas.  

Itulah aku mengatakan dengan yakin kalau memaafkan itu berbeda dengan melupakan. Ada hal yang bisa dimaafkan bahkan dengan mudah tapi melupakannya tidak bisa semudah itu karena ada perasaan yang sudah dia lukai. 

Memaafkan & Luka Yang Ditinggalkan

memaafkan dan luka yang ditinggalkan

Aku menyadari setiap orang itu tidak sempurna. Serta kesalahan itu adalah bagian dari ketidaksempurnaan itu. 

Sebagai manusia biasa yang dipenuhi emosi tentu saja aku sangat mudah sekali sakit hati dengan perkataan orang. Dan aku cukup pendendam. Aku tidak mudah melupakan perbuatan seseorang. Baiknya ataupun jahatnya. 

Meski sudah bertahun-tahun lamanya aku masih ingat orang yang pertama kali menyakiti perasaanku ketika awal aku menikah. Aku masih ingat bagaimana perkataannya kepadaku. 

Bisa saja ketika aku bertemu dengan orang itu lagi aku tersenyum tapi secara tidak langsung aku akan otomatis teringat apa yang dia katakan dulu. Perasaan emosi itu akan muncul tiap aku bertemu meski bibir ini tersenyum. Palsukah diriku?

Apakah aku tidak memaafkan? Pertanyaannya adalah apakah dia meminta maaf? apakah dia sadar kalau perkataannya sangat menyakiti perasaanku? yang aku jelas tahu adalah dia tidak sadar akan perkataannya. 

Padahal ketika dia mengucapkan perkataan itu aku ingin sekali mendebatnya dengan ceramah panjang lebar berapi-api. Tapi aku harus kagum dengan pengendalian diriku. Aku masih bisa menghargai dia yang sudah ibu-ibu. Sebagai anak muda tidak boleh kurang ajar dengan orang yang lebih tua.

Meski dalam hati aku menangis dan mata sudah berkaca-kaca saat itu. Berkaca-kacanya karena ada emosi dalam diri yang tidak bisa aku luapkan dan harus ditahan. 

Memang luka yang ditinggalkan oleh seseorang itu bisa bertahan lama dalam diri. Tentu saja kita bukan penderita demensia. Butuh waktu untuk menghilangkan luka yang terpatri dalam diri. Bukan hanya dalam hitungan bulan. Tapi bisa juga dalam hitungan tahun. 

Kesimpulan

Ketidaksempurnaan adalah bagian dari diri manusia sehingga manusia bisa membuat kesalahan. Berbagai kesalahan yang dilakukan manusia bisa saja menyakiti manusia lainnya. 

Karena itu kita harus meminta maaf dan bisa memaafkan kesalahan orang. Hanya saja memaafkan dan melupakan kesalahan itu adalah dua hal yang berbeda. 

Memaafkan bisa mudah dilakukan tapi melupakan kenangan buruk tersebut tidak bisa sembuh dalam hitungan bulan. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki luka yang sudah terlanjur terpatri.

 

ngeblog asik

De Eka
프라나와 엄마. KDrama Lovers. Jung Yong Hwa fans. Bucinnya Suga & Jekey!

Related Posts

Posting Komentar